Jetty Arlenda Maro yang berusia 26 tahun juga merupakan satu-satunya perempuan yang bekerja sebagai teknisi lapangan di RESCO. “Ketika dalam proses perekrutan, seseorang mengatakan kepada saya bahwa RESCO bukanlah tempat kerja yang sesuai bagi perempuan. Saya sedikit putus asa dan kesal,” katanya. “Tapi saya tetap percaya diri, karena apabila ada jalannya saya mendapat posisi itu maka saya akan mendapatkannya.”
Menjadi perempuan yang bekerja sebagai teknisi lapangan mungkin nampak seperti masalah besar. Dikarenakan oleh keberadaan fisiknya, beberapa orang masih belum terbiasa melihat sosok perempuan yang berada di lapangan, naik turun tangga, dan memasang panel sistem pembangkit tenaga surya. Selain itu, memiliki kolega laki-laki sebagai satu-satunya teman kerja juga menimbulkan tantangan lain, terutama apabila sedang berinteraksi secara informal karena mereka sering sekali cepat marah atau lebih ceroboh dibandingkan perempuan. Untungnya, Jetty tidak merasa dirugikan dengan tempat kerja yang didominasi oleh laki-laki ini. Bahkan, dia merasa nyaman dan berguna bagi koleganya karena dia adalah satu-satunya pegawai perempuan di kantor.
Terlihat menyenangkan sebagaimana semestinya, gelar universitasnya di bidang teknik elektro dan kemampuannya dalam mengoperasikan komputer telah menjadikan Jetty seorang administrator lapangan dan fasilitator. “Selain melakukan pemasangan, saya juga bertanggung jawab dalam mengelola dokumen dan kebutuhan finansial RESCO,” akunya. “Saya pikir atasan saya percaya bahwa perempuan lebih teliti dalam mengerjakan pekerjaan manajerial daripada pria.” Jetty, dengan kemampuan dan ketelitian teknisnya, telah menemukan kesempatan untuk lebih maju daripada rekan laki-lakinya.
Lulusan sarjana teknik elektro Universitas Nusa Cendana, Kupang ini merasakan kondisi fisik, psikologis dan keadaan ekonominya meningkat setelah bekerja selama setahun di RESCO. Jetty, putri kedua dari tujuh bersaudara, sekarang pun telah mandiri secara finansial dan mampu membantu orang tuanya. Dia bahkan mengadopsi anak perempuan yang berusia tiga tahun dan sekarang tinggal bersamanya.
Terlepas dari kemajuan yang didapatkan, mimpi Jetty tidak berhenti sampai di sini saja. Ke depannya, dia ingin memiliki perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasangan sumber energi terbarukan di Pulau Sumba. “Saya memiliki visi dan misi yang sama seperti proyek TERANG sebagai bagian dari inisiatif Sumba Iconic Island, yaitu untuk ‘menyinari’ masyarakat Sumba,” katanya. “Saya berharap proyek ini berkelanjutan, sehingga kita dapat membantu lebih banyak sekolah dan desa yang masih tidak terjangkau oleh listrik. Karena kita harus mencapai target visi yaitu menjadikan Sumba sebagai pulau dengan energi terbarukan 100% pada 2025,” tambahnya.
Meskipun tidak selalu mudah, Jetty sangat senang bekerja di RESCO untuk membantu orang-orang Sumba dengan segenap hatinya, dan yang lebih penting lagi dia adalah perempuan pertama yang menjadi teknisi lapangan fotovoltaik surya di Sumba atau bahkan di Indonesia. (GM/VD)